Karin pun berdamai kepada siapa saja yang ia temui dalam kehidupannya, meskipun yang paling susah adal ah dengan Tania, perempuan berambut panjang yang indah, perempuan yang mampu membuat Bejo mengalihkan sebagian perhatiannya untuk mengurusi perempuan berambut indah itu,
sesuatu yang tidak dinyana adalah ketika kemarin Tania memelukku secara tiba-tiba dan menangis
"Mbak Karin... Tania ga kuat mbak kalo setiap hari ngeliat mas Bejo di kantor, dalam hati karin " emang gue kuat tiap hari ngeliat kalian berdua, bercanda dan tertawa bersama-sama, Bejo selalu terlihat riang saat bersamaku, namun tidak ada yang mampu membuatnya sebahagia itu ketika bersamamu Tania" ...
aku hanya membiarkannya memelukku erat, seperti aku memeluk ibuku, Tania tampak begitu menderita
aku menatapnya dalam seperti seorang ibu yang sedang menatap anak kecil yang sedang susah aku membimbingnya menuju ruanganku membiarkannya bercerita
" mbak Karin, Tania bingung dengan Tania sendiri maupun mas Bejo mbak, setiap hari kami bertemu dan bekerja dalam satu ruangan, ia pun sering menatap saya dengan penuh kasih sayang tetapi ia tidak pernah memberi kepastian kepada Tania mbak.. apakah mas Bejo benar-benar mencintai saya, dia tidak pernah mengatakan itu kepada saya mbak, jika memang ia tidak mencintai saya janganlah mas bejo seolah memberi harapan jika saya hanyalah satu-satu perempuan untuknya" Tania mengadu kepadaku, dan aku seperti disambar petir...
mendengar Tania mengatakan bahwa Dia merasa seakan dijadikan sebagai satu-satunya perempuan untuk Bejo, membuatku tersedak dan tidak habis pikir, namun aku buru-buru menguasai diriku, bukan Karin jika ia tak mampu menguasai dirinya sendiri, puji Karin terhadap dirinya sendiri..
sesuatu yang tidak dinyana adalah ketika kemarin Tania memelukku secara tiba-tiba dan menangis
"Mbak Karin... Tania ga kuat mbak kalo setiap hari ngeliat mas Bejo di kantor, dalam hati karin " emang gue kuat tiap hari ngeliat kalian berdua, bercanda dan tertawa bersama-sama, Bejo selalu terlihat riang saat bersamaku, namun tidak ada yang mampu membuatnya sebahagia itu ketika bersamamu Tania" ...
aku hanya membiarkannya memelukku erat, seperti aku memeluk ibuku, Tania tampak begitu menderita
aku menatapnya dalam seperti seorang ibu yang sedang menatap anak kecil yang sedang susah aku membimbingnya menuju ruanganku membiarkannya bercerita
" mbak Karin, Tania bingung dengan Tania sendiri maupun mas Bejo mbak, setiap hari kami bertemu dan bekerja dalam satu ruangan, ia pun sering menatap saya dengan penuh kasih sayang tetapi ia tidak pernah memberi kepastian kepada Tania mbak.. apakah mas Bejo benar-benar mencintai saya, dia tidak pernah mengatakan itu kepada saya mbak, jika memang ia tidak mencintai saya janganlah mas bejo seolah memberi harapan jika saya hanyalah satu-satu perempuan untuknya" Tania mengadu kepadaku, dan aku seperti disambar petir...
mendengar Tania mengatakan bahwa Dia merasa seakan dijadikan sebagai satu-satunya perempuan untuk Bejo, membuatku tersedak dan tidak habis pikir, namun aku buru-buru menguasai diriku, bukan Karin jika ia tak mampu menguasai dirinya sendiri, puji Karin terhadap dirinya sendiri..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar